Wisata Panti Asuhan Dikhawatirkan Jadi Selubung Child Trafficking
Wisata panti asuhan dipasarkan sebagai cara jalan-jalan sembari beramal ke masyarakat yang mereka kunjungi. Ribuan warga Australia melakukan hal itu setiap tahun.
Namun menurut kelompok advokasi ReThink Orphanages, perawatan anak-anak di panti asuhan justru membahayakan perkembangan mereka. Para voluntir yang tinggal sementara di panti asuhan itu justru menambah masalah.
Menurut Koordinator ReThink Orphanages Leigh Mathews, sekitar 90 persen anak-anak di panti asuhan di berbagai negara sebenarnya memiliki anggota keluarga yang masih hidup.
"Kebanyakan anak di panti asuhan tidak perlu berada di sana. Kita juga tahu bahwa anak-anak dirusak karena tumbuh di panti asuhan," katanya.
Projects Abroad menjadi perusahaan kedua yang memutuskan berhenti dari industri wisata panti asuhan dalam beberapa bulan terakhir, menyusul pengumuman World Challenge pada bulan September.
Menurut Leigh Mathews, ada momentum dalam industri pariwisata untuk mengubah diri.
"Saya kita dengan adanya satu perusahaan yang memulai akan membuat perusahaan lain menyadarai hal ini mungkin dilakukan, dan tidak terlalu sulit," katanya.
"Jalannya masih panjang. Masih banyak perusahaan lain yang menawarkan wisata seperti ini. Banyak dari mereka belum siap memulai prosesnya, dan ada pula yang memang tidak mau," tambahnya.
- Inilah Sejumlah Kekhawatiran Para Ibu Asal Indonesia Soal Penggunaan Media Sosial di Australia
- Dunia Hari ini: Trump Bertemu Biden untuk Mempersiapkan Transisi Kekuasaan
- Dunia Hari Ini: Penerbangan dari Australia Dibatalkan Akibat Awan Panas Lewotobi
- Dunia Hari Ini: Tabrakan Beruntun Belasan Mobil di Tol Cipularang Menewaskan Satu Jiwa
- Korban Kecelakaan WHV di Australia Diketahui Sebagai Penopang Ekonomi Keluarga di Indonesia
- Trump Menang, Urusan Imigrasi jadi Kekhawatiran Warga Indonesia di Amerika Serikat