Wisatawan Mancanegara Tembus 12 Juta
MPD itu hanya untuk menghitung 19 Kabupaten, 46 Kecamatan, tahun 2016 di crossborder area, atau PLB Pos Lintas Batas, yang belum ada TPI-nya (Tempat Pemeriksaan Imigrasi).
Selama ini, daerah perbatasan yang non-TPI ini dilakukan survey, mengambil sampling selama beberapa hari, untuk memotret satu tahun.
“Teknologi MPD ini sudah tidak lagi menggunakan metode survey, tetapi sudah sama dengan sensus, semua orang yang keluar masuk melewati batas wilayah itu, langsung ter-record oleh mesin,” jelas I Gde Pitana.
Dia tidak lagi mempersoalkan BPS yang tidak memasukkan data 504 ribu itu. Dia menghormati apa yang sudah diputuskan oleh lembaga statistik itu. Sebab, prinsip yang dipegang Kemenpar adalah service excellent kepada customers, yang terdiri dari pelaku bisnis pariwisata, public, dan calon investor yang berencana menanamkan modal di sektor yang sudah ditetapkan Presiden Joko Widodo sebagai core economy dan prioritas pembangunan nasional ini.
“Kami harus jujur, objektif, dan bisa dipertanggung jawabkan, dalam melansir angka-angka itu. Di era digital dan teknologi ini, kami tidak mungkin menafikan catatan yang based on technology. Big Data MPD itu sudah kami uji coba di Kepri, dan hasilnya mempunyai tingkat akurasi yang sangat tinggi, sesuai dengan catatan Imigrasi. Big Data MPD itu menghitung dengan otomatis, dengan mesin, selama 24 jam/hari, 7 hari/minggu dan 52 minggu/tahun. Bukan hanya jumlah wisman yang ter-record, tetapi juga profile customers atau wisman kita, seperti length of stay, frequency of visit, dan asal originasinya,” jelas Deputi Pitana.
Sebenarnya, data yang tidak dimasukkan 4,2% itu belum semuanya. Masih ada lagi yang belum dicatat, seperti mereka yang tidak menggunakan telepon seluler, mereka yang mematikan seluler, atau mereka yang mengganti SIM Card local.
Pertama, hasil teknologi MPD itu sebenarnya sudah diakui BPS dan FMS dalam penghitungan bulan Oktober, November, Desember 2016. Hanya saja, bulan Januari-September 2016, selama sembilan bulan, belum direkomendasi FMS. “Teknologi MPD itu jauh lebih akurat, mudah, murah, cepat, berkualitas dan bukan hanya survey dengan teknik sampling. Tetapi, sensus via digital yang meminimalisir campur tangan dan pengaruh manusia”, kata I Gde Pitana.
Kedua, kalaupun mengabaikan ekstrapolasi 504 ribu wisman di perbatasan non TPI itu, angka capaian 2016 sebesar 11,519 juta itu pun sudah naik 11,07% dari periode yang sama di 2015. Di regional ASEAN, growth itu tergolong fantastic, karena angka itu sudah jauh lebih tinggi daripada pertumbuhan Thailand 8,91% dan Singapore 7,69%. Malaysia yang datanya masih di Januari – Oktober 2016, juga hanya 4,37%.
Ekosistem pariwisata Indonesia semakin menjanjikan. Industri yang bergerak di sektor ini semakin optimistis.
- Komisi VII DPR Minta Pemerintah Pastikan Libur Nataru Aman dan Nyaman
- Sambut Liburan Nataru, Parapat View Hotel Tawarkan Sensasi Keindahan Danau Toba
- Vietjet Gandeng Xanh SM Mewujudkan Transportasi Hijau dan Pariwisata
- Dorong Pariwisata Lintas Batas, STB Gelar Sarawak Gateway to Borneo di Jakarta dan Balikpapan
- Refleksi Akhir Tahun: Pariwisata Danau Toba Butuh Kemasan Inovatif, Kreatif dan Kerja Sama Semua Pihak
- Dukung Pariwisata Yogyakarta, Patra Jasa Bersama 2 Dinas Setempat Adakan Pelatihan