Wisma Tuna Ganda, Tempat Memuliakan 'Orang-Orang Tak Diinginkan'
Tak Berhitung soal Gaji, Layani Penyandang Cacat Seperti Anak Sendiri
Lantas mengapa para pengasuh bisa bertahan hingga puluhan tahun di WTG?
"Kami di sini hitungannya sudah kaya keluarga," kata seorang pengasuh bernama Roisyah.
Menurutnya, kadang ada perasaan jengkel karena anak asuh yang rewel. Namun, kadang anak-anak asuh itu juga bertingkah lucu.
"Mereka juga menggemaskan dan lucu. Bikin kangen malah karena sudah seperti anak sendiri," lanjut perempuan asal Purworejo, Jawa Tengah itu sembari tertawa.
Memang tingkah lucu kerap diperlihatkan anak-anak asuh di WTG. Misalnya, ada yang punya handphone meski tidak bisa menggunakannya.
Atau, ada pula anak asuh yang sangat doyan makan hingga kadang marah ketika diminta berhenti.
"Si Dani (Dani Alvani, red) malah sudah tahu kalau ada yang ganteng berkunjung di sini. Dia malu-malu," kata Suratmi, salah satu pengasuh di WTG sambil meminta Dani mempraktikkan kiss bye.
Sejak berdiri, WTG sudah mengasuh 91 anak. Dari jumlah itu, yang bisa melanjutkan ke sekolah luar biasa tak sampai 5 orang, sedangkan 40 anak asuh lainnya meninggal dunia.
Tak seorang pun ingin terlahir dan hidup sebagai penyandang cacat, apalagi lebih dari satu jenis cacat.
- Mensos Gus Ipul Ajak Para Stakeholder Revitalisasi Panti Asuhan
- Polri Berikan Penanganan Khusus Kepada Korban Pelecehan di Tangerang
- HUT ke-16, Mandiri Inhealth Wujudkan Kepedulian Kesehatan kepada Panti Asuhan di 16 Kota
- Anak Asuh jadi Korban Pedofilia, Dean Desvi Polisikan Pimpinan Panti Asuhan
- Modus Oknum Pimpinan Panti Asuhan di Tangerang saat Cabuli Anak Asuh Dean Desvi
- Prof Yulius Pimpin Aksi MA Peduli di Panti Asuhan Bayi Sehat