Wisuda Akhir Tahun, Skripsi soal Retribusi PAD Bekasi
Minggu, 03 Maret 2013 – 06:09 WIB
Wahyu dilahirkan dari istri kedua ayahnya bernama Fatmawati (40), sehingga penghasilan ayahnya pun harus dibagi-bagi untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.
Kehidupan yang sangat sederhana hampir semua saudara yang berjumlah 8 orang, nyaris tidak bisa merasakan kursi sekolah, seperti anak-anak lain pada umumnya. Kehidupan inilah kemudian dijadikan cermin baginya. “Semua saudaraku hampir putus sekolah,” ungkapnya.
Melihat cermin kehidupan keluarganya itu, tidak lekas menjadinya pasrah dengan keadaan. Sebaliknya cermin itu dijadikan cambuk untuk membuka pikiran dan wawasannya. Dia pun berpikir bagaimana caranya agar tidak mengalami hal seperti saudaranya yang telah putus sekolah.
Dengan tekad untuk belajar tinggi, segala upaya coba dilakukan meski ketika itu usianya masih 10 tahun atau kelas 4 sekolah dasar.
HIDUP memulung barang bekas lalu dijual untuk biaya hidup tidak membuat Wahyudin rendah diri. Dia bahkan tidak segani-segan mengaku hidupnya memang
BERITA TERKAIT
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408
- Melihat dari Dekat Upaya Tanoto Foundation Membentuk Generasi Unggul di TSG 2024