Wisuda Akhir Tahun, Skripsi soal Retribusi PAD Bekasi
Minggu, 03 Maret 2013 – 06:09 WIB
Adalah Bi Ani (60), seorang pemulung yang juga tetanganya ikut menuntun jalannya menggapai cita-cita. Wanita tua itulah yang mau mengajak dan mengajari memungut sampah dari rumah ke rumah demi mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk biaya sekolah.
Berprofesi sebagai pemulung tidak membuat dia langsung menikmatinya. Cibiran, sindiran, dan hinaan sudah tak terhitung. Bahkan, nyaris menjadi cobaan baginya. Meski demikian, keadaan itu tidak membuatnya jera. Dia berkeyakinan pekerjaan yang dia tekuni halal dan tidak merugikan orang lain.
“Selama yang saya jalani halal dan tidak merugikan orang lain, saya kerjakan,” katanya.
Sejak ikut memungut sampah, Wahyu mulai berangkat memulung sekitar pukul 01.00 hingga pagi. Usai memungut sampah di pagi hari, Wahyu bersiap berangkat sekolah. Kemudian memulung itu dilanjut lagi dari jam 22.00 hingga pukul 02.00 dini hari.
HIDUP memulung barang bekas lalu dijual untuk biaya hidup tidak membuat Wahyudin rendah diri. Dia bahkan tidak segani-segan mengaku hidupnya memang
BERITA TERKAIT
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara