Wisuda Akhir Tahun, Skripsi soal Retribusi PAD Bekasi
Minggu, 03 Maret 2013 – 06:09 WIB
Dia makin giat menjadi pemulung saat masa libur sekolah karena kekhawatiran tidak bisa melanjutkan kuliah. Dari hasil memulung ini, Wahyu mendapatkan penghasilan Rp30 ribu hingga Rp50 ribu per hari untuk biaya sehari-hari hingga bisa menyisakan Rp300 ribu-Rp500 ribu per bulan.
Berkat kegigigihannya itu, Wahyu pun bisa melanjutkan belajarnya ke Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka), di Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi. Beruntung, dia mendapatkan beasiswa dari kampus dan Disdik DKI sehingga meringankan biaya kuliahnya.
Selain mendapatkan bea siswa, Wahyu juga mendapatkan bantuan dari beberapa dermawan di sekitarnya. Kala itu, orang tersebut sangat terharu ketika melihat Wahyu adalah seorang mahasiswa yang berprofesi sebagai pemulung.
“Setiap hari saya buka tong sampah rumahnya, dia kaget kalau saya kuliah, kadang kalau kurang biaya ditambahin,” tambahnya.
HIDUP memulung barang bekas lalu dijual untuk biaya hidup tidak membuat Wahyudin rendah diri. Dia bahkan tidak segani-segan mengaku hidupnya memang
BERITA TERKAIT
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara