Wiwiek Sipala, Dosen IKJ yang Mengajar Tari untuk Terapi Murid Berkebutuhan Khusus

Bangga Bila Siswa Jadi Percaya Diri dan Mandiri

Wiwiek Sipala, Dosen IKJ yang Mengajar Tari untuk Terapi Murid Berkebutuhan Khusus
Wiwiek Sipala memeragakan beberapa gerakan tari untuk terapi murid berkebutuhan khusus di rumahnya di kawasan Baranangsiang, Kota Bogor, Sabtu pekan lalu (6/6). Foto: Hilmi Setiawan/Jawa Pos

Di Negeri Paman Sam itu, Wiwiek sempat penasaran pada mata kuliah dance therapy. Dia menyatakan, aplikasi dance therapy di AS cukup luas. Tidak hanya untuk terapi ABK, tetapi juga untuk korban kecelakaan.

Misalnya, jika ada orang yang menjalani penyembuhan akibat kecelakaan di bagian tangan, di titik itulah diberikan terapi tari khusus. ’’Tentu gerakan tarinya disesuaikan dengan kondisi tubuh pasien. Intinya untuk merangsang pasien agar terus bergerak,’’ bebernya.

Setelah melanglang buana belajar ke berbagai negara, Wiwiek mulai secara resmi ’’membuka praktik’’ terapi tari untuk ABK dan masyarakat umum. Klinik tersebut merupakan kerja sambilan di samping profesi utamanya sebagai dosen seni pertunjukan IKJ.

Banyak tantangan yang dihadapi selama mengajar tari untuk ABK. Misalnya, ada anak yang tiba-tiba ngambek tidak mau belajar. ’’Tidak hanya ngambek, dia tidak mau bergerak sedikit pun,’’ ungkapnya, kemudian tertawa.

Jika sudah seperti itu, mau tidak mau, Wiwiek harus memulai dari awal lagi. Yakni, menumbuhkan kembali semangat dan kepercayaan diri siswa. Dengan demikian, anak-anak yang ngambek mau kembali mengikuti gerak dan irama tari yang dibawakannya.

Menurut Wiwiek, tujuan akhir terapi ABK dengan tari bukan estetika atau keindahan tarian. Melainkan, tari itu merupakan sarana untuk merangsang motorik dan koordinasi serta sosialisasi anak-anak. Setelah satu anak bisa mengikuti gerak tari, dia kemudian dicampur dengan anak-anak lain untuk menari bersama.

Melalui tari, para ABK bisa diajak mengenal ruang. Misalnya, mengajarkan posisi depan, belakang, samping kiri-kanan, serta bawah dan atas. Bagi anak-anak normal gerakan-gerakan itu bisa dengan cepat diserap. Tetapi, bagi anak-anak berkebutuhan khusus, guru harus bekerja ekstra. Harus supersabar.

’’Mengidentifikasi mana depan dan mana belakang bagi mereka tidak mudah. Karena itu, harus dicarikan cara termudah agar mereka bisa gampang menghafalkannya,’’ katanya.

Seni tari umumnya hanya sampai dipentaskan di panggung pertunjukan. Tetapi, Wiwiek Sipala memperlebar penerapan seni tari untuk terapi anak-anak

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News