WNI Alami Kekerasan di Melbourne, Apa Bantuan Yang Bisa Diharapkan Dari Polisi?
Tak lama kemudian teman-teman pelaku, yang semua remaja perempuan, berdatangan meminta temannya dibebaskan.
Situasi menjadi ricuh, mereka memprotes tindakan empat orang PSO yang semuanya laki-laki.
"Mereka berteriak mengatakan kalau mereka tidak melakukan apa-apa, saya menipu, perlakuan yang mereka terima bermotif rasisme dan polisi bertindak brutal. Mereka juga berteriak mengancam saya," kata Titis.
"Selain pelaku yang memukul saya, satu orang lagi diborgol dan ada yang disemprot pepper spray oleh PSO. Situasi itu membuat orang lewat yang tidak tahu kejadian awalnya bisa terpengaruh kalau yang sedang terjadi adalah tindakan brutal polisi."
Titis kemudian dibawa ke kantor polisi yang berada tepat di sebelah stasiun Footscray, dan berada di sana selama tiga jam.
Dari suara radio polisi, Titis bisa mendengar rekan-rekan pelaku semakin banyak yang berdatangan dan bentrok dengan petugas polisi.
"Dari keterangan polisi mereka memang ingin sekali memberantas kenakalan anak-anak ini," kata Titis yang mengaku tidak jera tinggal di Fotscray dan sebenarnya menyukai kawasan yang sangat multikultural itu.
"Polisi juga langsung mencari tahu umur pelaku, ternyata sudah 18 tahun. Artinya dia bisa dituntut di pengadilan."
- Inilah Sejumlah Kekhawatiran Para Ibu Asal Indonesia Soal Penggunaan Media Sosial di Australia
- Dunia Hari ini: Trump Bertemu Biden untuk Mempersiapkan Transisi Kekuasaan
- Dunia Hari Ini: Penerbangan dari Australia Dibatalkan Akibat Awan Panas Lewotobi
- Dunia Hari Ini: Tabrakan Beruntun Belasan Mobil di Tol Cipularang Menewaskan Satu Jiwa
- Korban Kecelakaan WHV di Australia Diketahui Sebagai Penopang Ekonomi Keluarga di Indonesia
- Trump Menang, Urusan Imigrasi jadi Kekhawatiran Warga Indonesia di Amerika Serikat