WNI Disandera Abu Sayyaf, Ketua DPR Ingin Pasukan Elite Dikerahkan
jpnn.com - JAKARTA - Ketua DPR Ade Komarudin bersikap keras terkait penyanderaan 10 WNI oleh kelompok militan pimpinan Abu Sayyaf di Filipina. Dia menegaskan bahwa pemerintah jangan pernah mau berkompromi.
Ini disampaikan politikus yang akrab disapa Akom, terkait adanya permintaan uang tebusan sebesar Rp 15 miliar untuk pembebasan sandera. Pihaknya yakin pemerintah mampu melakukan pembebasan karena sudah punya pengalaman. Politikus Golkar itu teringat pada Operasi Woyla (1982 di Thailand).
"Jangan pernah kompromi, lakukan operasi secara tepat. Jangan khawatir, kita sudah pernah berhasil melakukan Operasi Woyla, itu berhasil," kata Akom di gedung DPR Jakarta, Selasa (29/3).
Ya, dalam operasi Woyla tahun 1981 itu, pasukan elite TNI AD Kopasshanda (sekarang Kopassus) berhasil membebaskan ratusan WNI yang disandera kelompok teroris di pesawat Garuda Indonesia yang terparkir di Bandara Don Muang, Bangkok, Thailand.
Apalagi, lanjut Akom, dalam kasus ini ada unsur pemerasan agar 10 WNI tersebut dibebaskan. Negara, tegasnya, tidak boleh menyerahkan harga diri pada sekelompok orang yang ingin memeras.
"Masa negara ini harus takut kepada premanisme, kepada terorisme, tidak boleh," tegasnya. (fat/jpnn)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- 6 Regulasi Percepatan Penuntasan Masalah Honorer, Ada soal Gaji PPPK Paruh Waktu
- Metode THR Dinilai Mampu Menyelamatkan 4,6 Juta Nyawa di Indonesia dari Rokok
- Selama Ramadan, Jadwal Makan Bergizi Gratis Dihentikan Sementara
- Salim Kamaludin Bantah Tuduhan Pihak Terkait di Sidang Perselisihan Pilkada Halteng
- Masyarakat Sipil Sebut Hak Leniensi yang Dimiliki Kejaksaan Tidak Jelas
- Prabowo Kirim Anggrek saat Megawati Ultah, Puan: Terima Kasih Atas Perhatiannya