WNI Disandera Lagi, Politikus PDIP: Efek Uang Tebusan
jpnn.com - JAKARTA - Anggota Komisi I DPR Charles Honoris angkat suara terkait penyanderaan tujuh ABK TB Charles 001 oleh kelompok yang diduga Abu Sayyaf.
Sebab, beberapa waktu lalu ABK asal Indonesia juga menjadi korban Abu Sayyaf. "Kita prihatin ini terjadi lagi," ujarnya saat dihubungi, Jumat (24/6).
Menurutnya, perlu ditinjau kembali penanganan terhadap WNI yang disandera sebelumnya. Khususnya, soal pembayaran uang tebusan untuk membebaskan para sandera dari tangan kelompok Abu Sayyaf.
"Soal pembayaran sandera ini, apakah kebijakan seperti ini perlu dievaluasi karena ini kembali terulang," saran Charles.
Politikus PDIP itu menilai, penyanderaan kembali WNI oleh kelompok Abu Sayyaf efek dari uang tebusan yang diberikan pada peristiwa serupa beberapa waktu lalu.
Apalagi, ia mendengar bahwa kali ini, kelompok militan itu meminta uang tebusan yang lebih beaar nominalnya. "Akhirnya jadi seperti ini. Jadi preseden buruk," imbuhnya.
Karena itu, ia berharap agar pemerintah segera mencari solusi permanen menangani kasus penyanderaan tanpa uang tebusan. Setidaknya, ia mendukung penuh adanya patroli tiga negara.
Yakni, Indonesia, Filipina, dan Malaysia untuk menghindari perompakan hingga penyanderaan di perairan wilayah Asia Tenggara. "Negara tidak boleh tunduk terhadap teroris, negara harus beri tekanan yang lebih kepada Filipina," tandas Charles. (dna/jpg)
JAKARTA - Anggota Komisi I DPR Charles Honoris angkat suara terkait penyanderaan tujuh ABK TB Charles 001 oleh kelompok yang diduga Abu Sayyaf. Sebab,
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Pertamina Eco RunFest Salurkan Donasi Kemanusiaan untuk Palestina, Sebegini Nominalnya
- Pak Gubernur Ini Menjadi Salah Satu yang Diamankan KPK, Kasusnya Diduga Pungutan Pilkada
- Warga Diimbau Waspada, Gunung Lewotobi Kembali Erupsi
- Ketum Ajak Alumni Pesantren Persis Gaungkan Kolaborasi dan Silaturahmi
- Hmm, OTT di Bengkulu Diduga Terkait dengan Pungutan buat Pilkada
- Aher: Apa yang Sudah Diproduksi Pindad Selama Ini tak Kalah dengan Produk Negara Lain