Wong Kito Ganjar Ajarkan Ibu-Ibu Cara Membuat Keripik Pisang Sebagai Modal Usaha
jpnn.com, PALEMBANG - Produk keripik pisang ternyata memiliki potensi ekonomi yang menggiurkan bagi ibu-ibu yang ingin mendapatkan penghasilan tambahan untuk keluarganya.
Hal itu diungkapkan Jumiyati, produsen keripik pisang sekaligus pengisi materi Pelatihan Membuat Keripik Pisang yang diadakan Wong Kito Dewe Ganjar Pranowo di Palembang.
"Dijual per bungkus. Satu bungkusnya 200 gram. Harganya, Rp 30.000 (untuk) setengah kilogram. Kalau dalam satu bungkus isi 200 gram bisa (dijual seharga) Rp 10.000-15.000," kata Jumiyati dalam siaran persnya, Senin (25/9).
Dia memperkirakan keuntungannya dalam sebulan bisa mencapai Rp 4-5 juta, terutama pada saat hari besar keagamaan seperti Ramadan, Idulfitri, dan sebagainya.
Pelatihan yang diselenggarakan para sukarelawan Ganjar Pranowo itu diikuti oleh sejumlah Ibu-ibu di Kecamatan Sematang Borang, Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan.
"Kegiatan kami hari ini yaitu pelatihan pembuatan keripik pisang. Tujuannya, untuk meningkatkan perekonomian melalui UMKM," kata Koordinator Daerah (Korda) Wong Kito Dewe Palembang, Indra Kasumah.
Selain Jumiyati, pelatihan tersebut juga diisi beberapa pemateri dari kalangan pelaku usaha lokal yang telah sukses memproduksi dan menjual keripik pisang dan produk-produk sejenisnya.
Indra mengungkapkan potensi ekonomi dari produk olahan pisang masih sangat besar karena ditunjang beberapa faktor seperti ketersediaan bahan baku hingga pangsa pasarnya yang besar.
Sukarelawan Wong Kito Ganjar memberikan pelatihan membuat keripik pisang kepada ibu-ibu di Palembang.
- PPLIPI Bantu Permodalan 400 UMKM Perempuan, Bunda Indah: Jangan Sampai Terjerat Pinjol
- Cerita Neneng yang Kini Bisa Menopang Ekonomi Keluarga Berkat Holding Ultra Mikro BRI
- Mengenal Rumput Purun, Gulma yang Disulap Nasabah PNM jadi Tas Cantik
- Seperti ini Cara Jitu ACC Bantu UMKM Disabilitas
- Bantu Modal Usaha Kepada Penyandang Tunarungu, Pj Gubernur Sumsel: Tetaplah Semangat Berkarya
- Pendukung Ganjar Menuntut Pencoblosan Ulang, Ini Alasannya