Wow, Ada Sawah Spiderman di Manggarai Barat

Alo Abar, penduduk asli Desa Cancar, menuturkan, waktu yang tepat melihat keindahan sawah jaring laba-laba tersebut antara Agustus dan September. Sebab, pada waktu itu, padi sedang hijau-hijaunya. Beberapa bulan kemudian, padi mulai menguning, lalu siap dipanen.
Pria 62 tahun itu menuturkan, sawah model jaring laba-laba ditemukan sekitar 1940-an. Saat ini lodok terbesar bernama lodok Pong Ndrung. Luas lodok itu mencapai 6 hektare dan dimiliki 50–60 orang. ’’Mereka semua itu satu keturunan,’’ jelas dia.
Alo menuturkan, nama lain lodok adalah lingko. Pecahan-pecahan segi tiga di dalamnya bernama moso. Jadi, dalam satu lodok, terdapat beberapa moso. Satu moso dipecah menjadi petak-petak lebih kecil.
Setiap moso memiliki luas yang berbeda-beda. Uniknya, penetapan luasnya moso itu diambil dengan jari-jemari yang ditempatkan di poros atau pusat lodok. Penentuan dengan jari tersebut lantas ditarik garis lurus berpuluh-puluh meter ke belakang.
Alo mengatakan, hingga saat ini masih terdapat aturan kuat yang dipegang pemilik lodok. Yakni, lahan lodok itu tidak boleh diperjualbelikan kepada pihak lain di luar keluarga inti.
Dengan demikian, sampai kapan pun, lahan sawah jaring laba-laba tersebut milik satu keluarga. ’’Saat ini tersisa 15 buah lodok dengan beberapa ukuran,’’ jelas dia. (M Hilmi Setiawan/dos/jawapos/jpnn)
Wisata Wae Rebo dan Liang Bua tentu sangat familier bagi wisatawan yang berkunjung ke Ruteng, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Akhirnya,
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- 3 Manfaat Kentang untuk Jantung yang Bikin Kaget
- 7 Menu Sarapan yang Baik untuk Menjaga Kesehatan Tubuh
- Dukung Industri Game Indonesia, BINUS University Gelar Jakarta GameFest 2025
- Cegah Baby Blues hingga Depresi Pasca-persalinan, Ibu Butuh Pampering
- Remaja Pembaharu Ashoka Tawarkan Solusi Kreatif Bagi Masalah Sosial dan Lingkungan
- Sentuhan Rasa Peranakan dari Batam Kini Hadir di Gading Serpong