Wuhan Suez
Oleh: Dahlan Iskan
Tanjung Pelepas adalah pelabuhan yang dibangun dalam periode pertama Perdana Menteri Mahathir Mohamad. Tanjung Pelepas dijagokan untuk bersaing melawan pelabuhan Singapura. Karena itu letaknya hanya sepelemparan batu dari Singapura.
Dari Tanjung Pelepas salah satu kapal terbesar di dunia itu lurus ke barat. Mengarungi Samudera Hindia. Terus ke barat lagi mendekati Jazirah Arab. Lalu memasuki Laut Merah –yang pernah ''dibelah'' oleh tongkat Nabi Musa itu.
Setelah satu malam menyusuri Laut Merah, menjelang subuh, kapal itu memasuki Terusan Suez. Itulah tol laut buatan untuk cepat sampai ke Laut Tengah.
''Sungai buatan'' itu lebarnya 200 meter. Kapal itu sendiri lebarnya 50 meter. Tapi panjangnya –duile– 400 meter.
Rencananya kapal itu akan menyusuri terusan Suez selama tujuh jam. Panjang terusan itu memang hanya 200 km, tetapi kapal tidak boleh berlayar terlalu cepat.
Di bagian-bagian tertentu, di kanan-kiri sungai itu, terbuat dari tanah berpasir. Kapal yang berjalan cepat bisa menimbulkan gelombang: menghantam pinggiran sungai.
Ever Given baru dua jam berlayar di sungai buatan itu. Langit seharusnya mulai terang: jam 6.30 pagi, waktu setempat.
Namun, kapal modern itu (selesai dibangun tahun 2018 di Jepang) tidak terlihat jelas. Nakhoda kapal juga tidak bisa melihat ke sekitar. Pagi itu terjadi badai yang bukan sembarang badai: badai pasir. Menurut media di Mesir, kecepatan angin di saat badai itu mencapai 39 km/jam.