Yakin, hingga Kini Rekornya Belum Terpecahkan

Yakin, hingga Kini Rekornya Belum Terpecahkan
Prof Ismunandar. Hilmi setiawan /Jawa Pos/JPNN

Ismunandar mengatakan tidak pernah merasa bosan setiap hari harus kuliah di laboratorium kimia. Pasalnya, dia ingin cepat menyelesaikan tugas agar bisa segera pulang ke tanah air. Dia membuktikan impiannya itu setelah sukses meraih gelar doktor pada 1998. Ismunandar dikukuhkan sebagai doktor dengan penelitian tentang energi terbarukan.

Saat itu dia meneliti padatan oksida logam yang selama ini umum digunakan sebagai bahan keramik atau semen. Berdasar penelitiannya, oksida logam ternyata menyimpan sejumlah potensi manfaat yang tinggi. Yakni, sebagai bahan fuel cell untuk energi terbarukan.

Menurut Ismunandar, bahan bakar oksida padat (solid oxide fuel cell –SOFC) yang didapat dari oksida logam memiliki banyak keunggulan jika dibandingkan dengan bahan bakar minyak. Selain terbarukan, penggunaan bahan bakar logam ramah lingkungan serta mempunyai tingkat efisiensi yang  cukup tinggi.

Setelah pulang ke tanah air dan mengajar kembali di ITB, Ismunandar terus mengembangkan diri lewat berbagai forum ilmiah. Salah satunya, di perkumpulan menteri-menteri pendidikan ASEAN (SEAMEO). Di organisasi itu Ismunandar didaulat menjadi direktur quality improvement of teacher and education personnel (QITEP) in science.

Misi utama organisasi itu ialah mereformasi pembelajaran di negara-negara ASEAN, khususnya untuk guru-guru ilmu pengetahuan (sains) di jenjang SMP dan SMA. Sebab, menurut Ismunandar, cara mengajar guru-guru bidang sains di seluruh negara anggota ASEAN sama saja. Yakni, berorientasi kepada buku pelajaran.

’’Melalui reformasi pembelajaran sains itu, kita mencoba menyuguhkan model yang berbeda. Siswa dilibatkan secara penuh,’’ katanya.

Dalam sistem pembelajaran baru itu, siswa ikut terlibat, mulai penentuan teori, menguji teori ilmu pengetahuan tertentu, hingga saat menganalisis teori.

Melalui skema itu pembelajaran sains harus membuat siswa menjadi seorang saintis (ilmuwan atau peneliti). Proses tersebut dilakukan untuk pembelajaran teori-teori ilmu pengetahuan dari tingkat yang paling sederhana. Namun, tidak semua teori disajikan kepada siswa mulai awal hingga proses analisis. Sebab, para guru akan terbentur kepada masa studi semester tertentu.

Gelar guru besar biasanya untuk dosen-dosen yang sudah berumur. Karena itu, ketika Ismunandar meraih gelar tersebut pada usia 38 tahun di ITB, dia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News