Yakin, hingga Kini Rekornya Belum Terpecahkan

Sistem baru pembelajaran sains itu awalnya mendapat respons kurang positif dari guru. ’’Para guru tidak pede (percaya diri, Red) mengajak siswa ikut meneliti secara langsung. Mereka merasa lebih enak menggunakan teori yang sudah ada di buku,’’ katanya.
Setelah melalui pelatihan berkali-kali, para guru baru mulai bisa menerima. Ismunandar mengatakan, teknik mengajar sains dengan menempatkan siswa sebagai seorang saintis sudah lebih dulu dilakukan di Prancis dan negara-negara maju yang lain. ’’Kita perlu mencontoh mereka.’’
Secara khusus, Ismunandar juga memberikan perhatian kepada pengembangan teknologi mobil listrik di Indonesia yang belakangan ramai menjadi perbincangan. Proyek itu memiliki tantangan cukup besar. Terutama soal produksi masal baterai. Problem baterai yang ideal untuk mobil listrik saat ini belum bisa diatasi.
Dia menandaskan, baterai mobil listrik yang ideal adalah baterai yang harga belinya terjangkau masyarakat luas, mudah diisi, dan hemat penggunaannya. Dari aspek fisik, baterai listrik yang ideal juga tidak memakan tempat luas dan ringan. ’’Bisa saja menggunakan teknologi baterai seperti di handphone. Tetapi, itu harganya mahal sekali,’’ tuturnya. (*/c4/ari)
Gelar guru besar biasanya untuk dosen-dosen yang sudah berumur. Karena itu, ketika Ismunandar meraih gelar tersebut pada usia 38 tahun di ITB, dia
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu
- Kontroversi Rencana Penamaan Jalan Pramoedya Ananta Toer, Apresiasi Terhalang Stigma Kiri
- Kisah Jenderal Gondrong ke Iran demi Berantas Narkoba, Dijaga Ketat di Depan Kamar Hotel
- Petani Muda Al Fansuri Menuangkan Keresahan Melalui Buku Berjudul Agrikultur Progresif