Yaman dan Libya Bakal Menyusul, Saudi Bisa Terakhir
Minggu, 12 Juni 2011 – 12:06 WIB
SEOLAH membawa efek domino, revolusi sipil yang kali pertama terjadi di Tunisia kini menjalar ke seluruh Jazirah Arab dan Afrika Utara. Tetapi, sejauh ini baru kediktatoran Zine El Abidine Ben Ali di Tunisia dan kepemimpinan Hosni Mubarak di Mesir yang terguling. Pertanyaannya, di antara banyak negara yang bergolak di dunia Arab, mana yang akan menyusul dalam waktu dekat? Pengamat politik Soumaya Ghannoushi menilai, bentuk monarki Saudi sangat menguntungkan Raja Abdullah dan pemerintahannya. "Revolusi hanya menjadi problem serius negara-negara republik. Jadi, negara monarkhi seperti Saudi tak perlu cemas," ujar periset sejarah pada School of Oriental and African Studies tersebut dalam wawancara dengan koran The Guardian awal pekan lalu.
Yang jelas, tumbangnya Ben Ali pada 14 Januari lalu membuat masyarakat di Palestina, Jordania, Turki, Yaman, Bahrain, Aljazair, Lebanon, Syria, dan Iran ikut bersorak. Begitu juga saat revolusi sipil dari Lapangan Tahrir, Kairo, berhasil mendongkel Hosni Mubarak dari kursi presiden Mesir pada 11 Februari lalu.
Revolusi senada pun pecah di negara-negara sekitarnya. Di Bahrain, Kuwait, dan Jordania terjadi revolusi yang singkat. Hanya Arab Saudi yang sejauh ini masih aman. Meski sempat muncul riak-riak perlawanan di level akar rumput, pemerintahan Raja Abdullah bin Abdul Aziz sukses mempertahankan legitimasinya di Saudi.
Baca Juga:
SEOLAH membawa efek domino, revolusi sipil yang kali pertama terjadi di Tunisia kini menjalar ke seluruh Jazirah Arab dan Afrika Utara. Tetapi, sejauh
BERITA TERKAIT
- Operasi Patkor Kastima 2024 Dimulai, Bea Cukai-JKDM Siap Jaga Kondusifitas Selat Malaka
- Hari Martabat dan Kebebasan, Simbol Ketahanan dan Harapan Rakyat Ukraina
- Gaza Menderita, Otoritas Palestina Tolak Rencana Israel Terkait Penyaluran Bantuan
- Indonesia Merapat ke BRICS, Dubes Kamala Tegaskan Sikap Amerika
- Ngebet Usir Imigran, Donald Trump Bakal Kerahkan Personel Militer
- Trump Bakal Menghukum Petinggi Militer yang Terlibat Pengkhianatan di Afghanistan