Yaman dan Libya Bakal Menyusul, Saudi Bisa Terakhir
Minggu, 12 Juni 2011 – 12:06 WIB
Hanya, meski desakan dari dalam dan juga luar negeri menguat, tanda-tanda pergantian rezim di Libya, Syria, dan Yaman belum juga terwujud. Pemimpin Libya Muammar Kadhafi yang tersudut masih enggan meletakkan tongkat kekuasaannya. Pasukan NATO tak henti membombardir pusat kekuasaan di Kota Tripoli, tetapi sikap Kadhafi tidak melunak. Dia ngotot bertahan dan terus melawan.
Situasi sama terjadi di Yaman. Meski meninggalkan negerinya sejak 3 Juni lalu karena terluka parah akibat serangan bersenjata ke istananya, Presiden Ali Abdullah Saleh tetap menolak lengser. Begitu pula di Syria. Rezim Presiden Bashar al-Assad yang berkuasa sejak 2000 tidak mau kompromi dengan oposisi. Pemimpin 45 tahun itu terus menggerakkan militer untuk membungkam suara-suara yang menentang dirinya.
Ada pula prediksi bahwa revolusi sipil ala Tunisia akan menjalar ke Asia dan bahkan Eropa. Beberapa waktu lalu, Senator AS John McCain memperingatkan Myanmar bahwa gerakan anti pemerintah seperti di Jazirah Arab juga berpotensi terjadi di negeri itu. Berikutnya, Korea Utara, Belarusia, dan Tajikistan menjadi tiga negara yang juga dinilai rawan terimbas revolusi.
Majalah Time pun menyebut Pemimpin Korut Kim Jong-il serta Presiden Belarusia Alexander Lukashenko dan Presiden Tajikistan Emomali Rahmon sebagai tiga diktator yang segera lengser. Namun, dalam editorialnya di Al-Jazeera pekan lalu, Kristen Saloomey malah meramalkan Palestina akan menyusul Libya, Yaman, dan Syria.
SEOLAH membawa efek domino, revolusi sipil yang kali pertama terjadi di Tunisia kini menjalar ke seluruh Jazirah Arab dan Afrika Utara. Tetapi, sejauh
BERITA TERKAIT
- Operasi Patkor Kastima 2024 Dimulai, Bea Cukai-JKDM Siap Jaga Kondusifitas Selat Malaka
- Hari Martabat dan Kebebasan, Simbol Ketahanan dan Harapan Rakyat Ukraina
- Gaza Menderita, Otoritas Palestina Tolak Rencana Israel Terkait Penyaluran Bantuan
- Indonesia Merapat ke BRICS, Dubes Kamala Tegaskan Sikap Amerika
- Ngebet Usir Imigran, Donald Trump Bakal Kerahkan Personel Militer
- Trump Bakal Menghukum Petinggi Militer yang Terlibat Pengkhianatan di Afghanistan