Yandri Berharap Universitas Bengkulu Jadi Garda Terdepan Ketahanan Pangan Indonesia
jpnn.com, BENGKULU - Wakil Ketua MPR RI H. Yandri Susanto mengatakan walaupun Indonesia dikenal sebagai negara yang subur dengan berbagai produk pangan tumbuh baik, tetapi beberapa pangan masih mengandalkan impor untuk kebutuhan dalam negeri.
Dia mengatakan hingga Juli 2022, Indonesia masih impor komoditas pangan terutama gandum.
Kebutuhan pangan itu sekitar 4,5 juta ton dengan nilai Rp 26 Triliun, masih impor dari Eropa.
Ini terjadi karena, gandum termasuk tumbuhan yang sulit tumbuh subur di tanah Indonesia.
Begitu sampai di Indonesia, harga gandum juga termasuk mahal dan makin tinggi akhir-akhir ini.
Penyebabnya adalah akibat dampak perang Russia - Ukraina dan pengiriman produk yang harus melalui Singapura terlebih dahulu.
"Produk pangan yang masih impor selanjutnya adalah gula. Pangan yang sangat dibutuhkan rakyat sehari-hari ini, sebanyak 3,5 juta ton masih diimpor dengan nilai Rp 27 Triliun," kata dia dalam orasi ilmiahnya di acara 'Pelantikan Ikatan Alumni (Ikal) Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu (FP-UNIB) Periode 2022-2025, di Auditorium Gedung C, Kompleks Kampus UNIB, Bengkulu, Senin (29/8).
Dia menambahkan pangan kedelai itu masih impor dari Amerika Serikat, dengan kebutuhan 1,3 juta ton bernilai hampir Rp 1,2 Triliun.
Wakil Ketua MPR RI Yandri Susanto berharap Universitas Bengkulu jadi menjadi garda terdepan untuk pendobrak.
- Lanjutkan Capaian Kinerja 100 Hari Prabowo, Ketahanan Pangan & Pertumbuhan Ekonomi jadi Aspek Utama
- Billy Mambrasar Bicara Ancaman Krisis Pupuk Jika Produksi Gas Alam Stagnan
- Syngenta Luncurkan Herbisida Padi Terbaru, Ini Keunggulannya
- Ibas: Perlukah Amandemen UUD 45 untuk Akomodasi Perkembangan Zaman?
- Waka MPR Sebut Semangat Kebhinekaan Harus terus Dihidupkan
- Memperingati Imlek, Eddy Bicara Kemampuan Prabowo Meredam Gerakan Identitas