Yang Menang Mendapat Tepuk Tangan, yang Kalah Bulunya Dicabuti

Yang Menang Mendapat Tepuk Tangan, yang Kalah Bulunya Dicabuti
Tradisi Tabuh Rah di Desa Pakraman Sambirenteng. Foto: Bali Ekspres/JPG

Mereka harus memasak bagi 800 kepala keluarga yang menjadi krama desa. Itu berarti sekitar 3.000 warga. Dalam ritual mecak-cakan tahun ini, juru ebat jumlahnya mencapai 132 orang. Mereka harus memasak dengan cepat, dan jumlah yang tepat. Mereka harus menyiapkan lawar ayam atau yang disebut urab oleh masyarakat setempat, serta sop ayam. Segala proses pengolahan itu dilakukan di gedung serba guna Desa Sambirenteng.

Ayam aduan yang kalah pun datang silih berganti terus menerus. Para juru ebat ini hanya mengolah ayam saja untuk dijadikan lawar dan sop. Sementara nasi disiapkan oleh krama desa. Masing-masing kepala keluarga wajib mengeluarkan sedikitnya 75 ons beras dan saat diserahkan kepada juru ebat, sudah berupa nasi.

“Kami hanya ngadonan lawar dan kuah saja. Kalau nasi itu nanti per kepala keluarga kena. Sudah dari jam 12.00 siang kami masak. Baru selesai jam 18.00 barusan ini. Karena banyak ayamnya, jadi ya selesainya lama,” kata Nyoman Abian, koordinator juru ebat dalam upacara mecak-cakan. Setelah setiap kepala keluarga menyerahkan nasi, juru ebat kemudian meletakkan nasi dalam wadah tertentu berbentuk persegi empat dan beralaskan daun pisang.

Setiap wadah mendapat jatah semangkok sop ayam yang dikemas dalam wadah plastik ukuran satu kilogram. Pada setiap sudut wadah kemudian ditempatkan lawar ayam dalam jumlah secukupnya. Hidangan itu pun cukup dan siap digunakan untuk megibung oleh krama desa. (*/eka prasetya/rdr/mus)

 


AREAL jaba tengah Pura Sanggah Desa di Desa Pakraman Sambirenteng, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, Bali, terlihat ramai. Pagi itu, Sabtu


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News