Yang Menyebut Pancasila Adalah Tagut, Simak Ini Penjelasan Gus Yahya Staquf
jpnn.com, JAKARTA - Khatib Aam Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menyatakan Pancasila sama sekali bukanlah ideologi yang tagut.
Sebaliknya, menurut ulama kondang NU itu, Pancasila justru menggarisbawahi sendi-sendi Islam dalam konteks peradaban manusia.
Hal itu disampaikan pria yang akrab disapa Gus Yahya Staquf itu dalam acara 'Inspirasi Sahur: Islam dan Kebangsaan' yang diselenggarakan Badan Kebudayaan Nasional Pusat (BKNP) PDI Perjuangan (PDIP), Senin (3/5).
Pengasuh Ponpes Raudlatut Thalibien Rembang itu mengatakan, bukan Islam yang menguatkan Pancasila.
Namun, Pancasila yang telah menguatkan Islam. Sebab Pancasila merupakan terjemahan nilai-nilai utama Islam yang menemukan konteks.
Dia melihat banyak orang yang mengecilkan Pancasila dan melabelinya tagut. Baginya, orang demikian adalah yang kurang belajar soal isi Islam dan makna Pancasila.
Orang seperti ini biasanya juga tak memperhatikan teks dan konteks.
“Orang-orang yang bilang Pancasila tagut itu, ini dia hanya mencari-cari alasan agar bisa memaksa orang lain kembali lagi ke format peradaban sebelum perang dunia pertama. Maka ini akan menjadi malapetaka yang luar biasa bagi peradaban umat manusia," kata Yahya Staquf.
Yahya Staquf menilai mereka yang berpikir dangkal itu hanya ingin seluruh negara bubar. Lalu, mengajak semua pihak untuk bergabung ke dalam satu kekhilafahan seperti dulu. "Anda bisa bayangkan kita harus berperang lagi berapa puluh tahun,” tambah kemenakan Gus Mus itu.
Padahal, menurut dia, Pancasila merupakan terjemahan Islam untuk diterapkan peradaban dalam konteks pascaperang dunia kedua. Dan isinya tidak ada yang bisa dipertentangkan.
“Bahkan menurut saya, Pancasila dengan persis sekali menggarisbawahi sendi-sendi Islam dalam konteks peradaban manusia seluruhnya. Misalnya pembukaan UUD 1945, kemerdekaan hak segala bangsa. Ini adalah basis dari peradaban. Jadi Indonesia lahir sebagai penanda momentum sejarah memberi arah ke mana bangsa ini berjuang,” bebernya.
Maka itulah, Yahya Staquf menekankan jika ingin Islam hadir secara membumi di dalam peradaban baru, maka orang Indonesia harus berbicara Pancasila. Dia menegaskan Pancasila adalah terjemahan yang terbaik tentang bagaimana Islam dibumikan ke dalam peradaban tata dunia baru yang lebih mulia.
Baca Juga: KH Ahmad Baso: Nasionalisme jadi Strategi Jitu Wali Sanga Merangkul Semua Kalangan
Yahya Staquf juga menyentuh isu kerap digulirkan di publik tentang Pancasila versus Islam. Seperti sejarah penghapusan tujuh kata dalam sila pertama pada Piagam Jakarta.
Menurutnya, ada yang menganggapnya sebagai produk sebuah proses negosiasi, yang memang mungkin terjadi. Namun dirinya pribadi lebih percaya bahwa hal itu merupakan wujud sebuah visi.
"Karena kalau kami sudah berbicara Pancasila, ngapain masih bicara syariat? Pancasila bilang Ketuhanan Yang Maha Esa, lha, itu semua sudah otomatis itu syariat, kenapa diperdebatkan lagi? Sehingga tujuh kata ini hakikatnya tidak diperlukan,” bebernya.
Menurut dia, bangsa ini visioner dan modern dengan menempatkan warganya setara di mata hukum. Dengan begitu tidak boleh satu pun di dalam dokumen fundamental seperti Pancasila ini seolah memberi kesan perbedaan satu kelompok dengan yang lain.
Baca Juga: KAI Beri Bantuan Rp328 Juta untuk Para Porter di 12 Stasiun
"Umat Hindu, ya, menjalani syariat Hindu, umat Buddha juga dengan syariat Buddha, umat Islam, ya, syariat Islam. Kan sudah jelas itu saya rasa,” jelasnya.
Baginya, ada potensi besar Pancasila sebagai solusi atas masalah dunia. Sebab jika melihat realitas global saat ini, mengerucut kepada satu peradaban tunggal, batas fisik dan nonfisik menjadi tidak relevan, dan potensi konflik semakin mengeras.
"Marilah kita melihat ke seluruh dunia ini, tidak ada tawaran yang lebih baik bagi solusi peradaban kita ini selain Pancasila,” tuturnya.(tan/jpnn)
Khatib Aam Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menyatakan Pancasila sama sekali bukanlah ideologi yang tagut. Mereka yang menyebut Pancasila tagut justru punya kepentingan untuk perang.
- Kumpul Bareng Komunitas Tionghoa di PIK, Ridwan Kamil Gaungkan Toleransi
- Bersilaturahmi dengan Kiai Said Aqil, Ridwan Kamil Minta Didoakan, Alhamdulillah
- Ahmad Muzani Ungkap Cerita Prabowo Terbitkan PP 47 Hapus Utang Rakyat: Amanat Pancasila
- Institute for Humanitarian Islam Berikhtiar Menebar Nilai Kemanusiaan di Dunia
- Gus Salam: Pra-MLB NU Digelar di Surabaya
- PBNU: Santri Harus Terus Berjuang untuk Kebaikan Negeri