Yanuar Nugroho Pilih Tinggalkan Universitas Manchester saat Karir Bersinar

Ingin Ajak Anak Main Lumpur dan Mandi di Kali

Yanuar Nugroho Pilih Tinggalkan Universitas Manchester saat Karir Bersinar
DEMI NEGARA: Yanuar Nugroho di depan kantor barunya. Semangatnya kembali muncul. Foto: Dian Wahyudi/Jawa Pos
 

Melalui jalan berliku, Yanuar akhirnya bisa menyelesaikan studi dengan baik. Bahkan, dia tercatat sebagai mahasiswa program doktoral yang lulus tercepat. Yaitu, dalam dua tahun sepuluh bulan. "Sebelum sidang Phd, saya sebenarnya sempat pulang, coba-coba cari pekerjaan di beberapa perguruan tinggi di sini (Indonesia, Red)," kisahnya.

 

Tapi, lanjut dia, ternyata tidak ada satu pun yang mau menerima. Beragam alasan sempat disampaikan. Mulai alasan bukan alumnus kampus itu hingga bidang keilmuan yang ditekuni Yanuar belum ada. "Sebenarnya sempat kecewa juga, kok kayak gini, tapi ya sudahlah," katanya.

 

Di tanah air ditolak, Yanuar justru diminati di Inggris. Sebagai lulusan tercepat, dia langsung ditawari menjadi peneliti sekaligus pengajar di Universitas Manchester. Bidang yang ditekuni alumnus Teknik Industri ITB itu adalah inovasi dan perubahan sosial, dengan kajian utama mengenai inovasi kebijakan ilmu pengetahuan dan teknologi dan pembangunan. Selain tetap mengajar dan membimbing mahasiswa S-1, S-2, dan S-3 sejak 2007, Yanuar menjadi makin intensif melakukan sejumlah riset. Pada 2004 hingga 2012, lebih dari 20 riset pernah ditangani.

 

Sejak 2007 Yanuar banyak menggarap kebijakan-kebijakan seputar Uni Eropa. Dia sempat bolak-balik ke kantor Uni Eropa di Belgia. Dia dipercaya sebagai fasilitator untuk membantu drafting kebijakan pada area pembangunan di sana.

Tinggal dan sukses berkarir di Inggris bisa jadi impian banyak orang. Tapi, Dr Yanuar Nugroho justru memilih pulang ketika karirnya sedang menanjak.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News