Yatim Piatu, Hamidah dan Dua Adiknya Tinggal di Pekuburan
Remaja perempuan ini terpaksa tidak meneruskan sekolah, Sarmila dan Sundari karena ketidakmampuan membayar buku pelajaran.
Selain mencari upah setrikaan, Ida bersama kedua adik perempuannya terdakang bertahan hidup dengan berharap belas kasihan dari masyarakat yang iba melihat keadaan mereka. Begitu pun, dia tak mau disebut mengemis, tapi berjuang untuk bertahan hidup.
"Hasil dari upah menggosok pakaian paling hanya bisa buat makan, itupun bila ada kerjaannya. Kalau tidak, paling hanya mengharap warga datang memberi bantuan uang dan makanan," sebutnya.
Ia menuturkan sejak berusia 9 tahun, ibunya Suparni sudah meninggalkan mereka. Sang ibu meninggal pada 10 tahun silam karena mengalami pendarahan saat melahirkan adiknya.
Meski memiliki keluarga, tapi keterbatasan ekonomi juga membuat sanak familinya tak mampu merawat serta membiayai ke tiga anak yatim piatu ini.
"Mamak meninggal sewaktu aku masih umur 9 tahun, nggak lama setelah itu ayah pun mulai mengalami sakit-sakitan, dan akhirnya ia menyusul mamak," kenang Ida.
Kesabaran dan keteguhan Ida menjadi kunci baginya dalam merawat adik-adiknya. Di gubuk berukuran 3 x 4 meter berdinding kayu yang berada di areal batu nisan itu, ia membesarkan kedua adiknya.
Di gubuk berlantai tanah dan hanya beralaskan spanduk serta terpal plastik warna biru itulah ketiga kakak beradik ini tidur.
KISAH memilukan menimpa tiga kakak beradik, Hamida (19), Sarmila (12) dan Sundari (13). Karena keterbatasan ekonomi, ketiga anak yatim piatu itu
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara