Yayuk Basuki Prihatin dengan Kondisi Sandra Sang Juara Asia
jpnn.com, JAKARTA - Mantan petenis nasional yang kini menjadi anggota DPR, Yayuk Basuki prihatin dan mempertanyakan peran pemerintah provinsi Sumatera Barat, KONI daerah hingga pengurus besar (PB) Persatuan Angkat Besi, Angkat Berat, dan Binaraga Seluruh Indonesia (PABBSI), dalam mengatasi kesulitan ekonomi Sandra Diana Sari.
"Saya pertanyakan bagaimana sikap PB-nya. Dia juga juara Porprov, sikap KONIDA-nya? Kasus seperti ini memang banyak sekali, dan sangat menyedihkan. Ini bukti begitu besar ketimpangan di negara kita," ujar Yayuk, Senin (15/5).
Pemilik nama lengkap Sri Rahayu Basuki ini menyebutkan, persoalan atlet di daerah tidak semuanya harus ditangani oleh pemerintah pusat. Pemda, KONIDA, PB induk olahraganya juga harus lebih berperan.
"Mereka bisa memperjuangkan dulu. Kan tidak semua harus ditangani langsung ke pusat, Kemenpora. Kalau memang prestasi dia begitu luar biasa, pasti daerah dan PB-nya akan perjuangkan," kata anggota Komisi X itu.
Namun demikian, petenis nasional dan dunia yang berjaya era 1990-an ini mengatakan apa yang dialami Sandra memang gambaran kondisi atlet di tanah air.
"Makanya saya tetap akan mencari jalan untuk memperjuangkan dana pensiun atlet yang berprestasi untuk dibunyikan di undang-undang melalui revisi UU SKN (sistem keolahragaan nasional)," pungkas Yayuk. (fat/jpnn)
Mantan petenis nasional yang kini menjadi anggota DPR, Yayuk Basuki prihatin dan mempertanyakan peran pemerintah provinsi Sumatera Barat, KONI daerah
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam
- Pelantikan 5 Pengurus Wilayah FOKBI Jakarta, untuk Kenalkan Kreasi dan Budaya Bangsa
- Khabib Nurmagomedov atau Jon Jones, Siapa yang Pantas jadi Petarung Terbaik Sepanjang Masa?
- Kaltim Raih Peringkat 13 Nasional di Ajang PEPARNAS XVII 2024
- Kejurnas Angkat Besi Junior Pupuk Indonesia 2024 Diikuti Atlet Aceh hingga Papua Pegunungan
- Kemasan Edisi Khusus Le Minerale Wujud Nyata Apresiasi dan Dukungan Kepada Para Atlet Sepak Bola
- Bank Mandiri Dorong Prestasi & Inklusivitas melalui Peparnas XVII di Solo