YLKI Khawatir Harga BBM Jadi Kedok Menaikkan Harga Pangan
jpnn.com, JAKARTA - Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi memberi beberapa catatan penting kepada pemerintah pasca kenaikan harga BBM.
Menurut Tulus, kebijakan menaikkan harga BBM bak buah simalakama.
"Tidak dinaikkan, finansial APBN makin bleeding dan akan mengorbankan sektor lain. Namun, potensi efek dominonya sangat besar dan berpotensi memukul daya beli masyarakat jika BBM dinaikan," ujar Tulus, Senin (5/9).
Kemudian, Tulus memberikan beberapa catatan keras. Pertama, pemerintah harus menjamin rantai pasok komoditas bahan pangan tidak terdampak secara signifikan oleh kenaikan harga BBM.
"Jalur-jalur distribusi harus lebih disederhanakan dan dilancarkan sehingga tidak menjadi kedok untuk menaikkan harga bahan pangan. Jangan jadikan kenaikan harga BBM untuk aji mumpung menaikkan komoditas pangan, dan komoditas lainnya," beber Tulus.
Kedua, pemerintah pusat dan daerah harus tetap memberikan subsidi pada angkutan umum sehingga tarif angkutan umum tidak mengalami kenaikan pasca kenaikan harga BBM.
Sebab, tingginya kenaikan angkutan umum justru akan kontra produktif bagi nasib angkutan umum itu sendiri karena akan ditinggalkan konsumennya dan berpindah ke sepeda motor.
Selanjutnya, kenaikan harga BBM harus diikuti upaya mereformasi pengalokasian subsidi BBM.
Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi memberi beberapa catatan penting kepada pemerintah pasca kenaikan harga BBM.
- YLKI Minta Konsumen Gunakan Medsos Sebagai Cara Terakhir
- YLKI Minta Konsumen Jangan Buru-Buru Viralkan Keluhan di Medsos, Ini Cara yang Tepat
- Harga Pertamax Naik, Komisi VI: Menjaga Potensi Pemasukan Negara
- Resmi, Pertamina Naikkan Harga Pertamax Mulai Hari Ini
- Harga BBM Nonsubsidi Pertamina Naik Per 2 Agustus, Pertamax Tetap
- Harga Pertamax Series Dinilai Layak Dinaikkan Agar tak Membebani APBN