Zaytun Gantar
Oleh: Dahlan Iskan
"Di sini saja. Kita cari tanah di sini," katanya dalam hati.
Di Gantar ini Panji mampir warung sate. Makan sate. Melihat ada orang bermobil ke Gantar seorang penduduk mendekatinya: cari tanah?
Awalnya Panji tidak mengaku. Tetapi warga di situ tahu gelagat orang yang cari tanah. "Ada tanah luas di sana. Tetapi tanahnya jelek," ujar warga desa itu.
Mendengar kata "tanah jelek" Panji senang. Pasti harganya murah. Kawasan itu memang gersang. Tidak banyak pohon. Belum ada gerakan penghijauan. Belum ada irigasi. Yang ada padang ilalang. Sejauh mata memandang.
Panji minta dibawa ke tanah jelek itu. Luasnya 60 hektare. Harganya murah sekali. Jadi. Panji membayarnya. Lalu membuat rumah gubuk di lokasi itu.
Berita dari mulut ke mulut pun menyebar: siapa yang mau menjual tanah jelek bisa datang ke gubuk itu. Langsung dibayar. Lama-lama terkumpul tanah 1200 hektare. Untuk pesantren.
Dari mana Syekh Panji Gumilang mendapatkan uangnya?
Pembelian tanah itu dilakukan setelah Panji 10 tahun bekerja di luar negeri. Dengan gaji dolar. Ia punya tabungan. Ditambah wakaf dana dari sekitar 20 orang sahabat aktivis lamanya.