Zaytun Ibrani

Oleh: Dahlan Iskan

Zaytun Ibrani
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Syekh duduk di kursi di ujung meja. Maka makan malam pun dimulai: nasi, ayam, salmon, tongkol, sop gambas. Nasinya beras Jepang hasil panen pertama seluas 4 hektare di pesantren ini.

Syekh tidak ikut makan. Ia terus berbicara, menjawab begitu banyak pertanyaan orang semeja.

Ternyata ia tidak makan bukan karena sibuk bicara. Ia, setiap hari, memang puasa 22 jam. Untuk mempertahankan kesehatan badan.

Ia baru makan pukul 21.00. Hanya ada waktu makan 2 jam selama seharmal. Dalam 2 jam itu makan apa pun boleh: nasi, daging, ikan...

Itulah diet gaya intermittent fasting 22 jam. Itulah yang membuat Syekh Panji Gumilang masih gesit di usianya yang 77 tahun.

Diet intermittent itu sudah dilakukan sejak 3 tahun lalu. Sejak Covid-19 melanda Indonesia. Itu bagian dari usaha menghadapi Covid agar tetap sehat.

"Sejak itu badan saya enak sekali. Enteng," ujarnya mengenai hasil diet itu.

Banyak sekali pertanyaan diajukan kepada Syekh. Termasuk soal-soal yang sensitif mengenai Al-Qur'an dan Injil. Mengenai agama Ibrahim. Firaun. Isa Almasih. Muhammad.

KAMI tiba di kompleks Pesantren Al Zaytun sudah sangat gelap. Tetapi penjaga gerbang langsung tahu siapa yang datang. Mobil Syekh Panji Gumilang...

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News