Zaytun Jas

Oleh: Dahlan Iskan

Zaytun Jas
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Semua laki-laki pakai jas. Kecuali saya. Maka saya cari pinjaman jas. Mudah. Banyak jas di sana.

Di auditorium Al Zaytun itu, tempat wisuda itu, bergema gamelan Sunda. Waktu saya masuk auditorium lagunya Karatagan Pahlawan. Perjuangan para pahlawan. Penabuh gamelannya karyawan Al Zaytun sendiri.

Setiap pembicara yang naik podium diiringi gamelan. Pun ketika meninggalkan podium.

Acara wisuda pun dimulai: tidak dengan pembacaan Al-Qur'an. Dua MC wanita minta hadirin membaca Basmallah.

Lalu seorang santri maju. Ia memimpin pembacaan asmaul husna. Tanpa nada. Diikuti semua yang hadir.

Pembacaan 99 nama Tuhan itu ternyata masih dilanjutkan dengan pembacaan asmaun nabi. Juga diikuti yang hadir.

Kelihatannya hanya saya yang tidak bisa mengikuti. Saya tidak hafal. Tidak ada bantuan teks di layar. Baru kali ini saya alami: pembacaan 21 nama Nabi Muhammad.

Di panggung kehormatan duduk berderet ketua yayasan, senat, rektor, para wakil rektor, dan guru besar. Syekh Panji Gumilang sebagai ketua dewan pembina yayasan. Di sebelah kirinya: Ny Panji Gumilang. Di sebelah kanannya: Dr Imam Prawoto, rektor institut agama Islam Al Zaytun.

Saya lihat presiden santri Al Zaytun ikut senam. Wanita. Cantik dengan 4i. Asal Sukadana, Lampung. Namanyi: Shabrina Tifa Azzahra binti Yuni Faizal.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News