Zohri Sebentar Lagi
Oleh Dahlan Iskan
Tinggal tehnik larinya. Dan latihannya. Dan gizinya. Dan mental juaranya.
Itulah sebabnya Pemda NTB memberikan tempat tinggal. Di asrama atlet di Mataram. Agar bisa terus latihan lari yang benar.
Zohri sudah jarang pulang ke desanya. Yang miskin itu. Ibu-bapaknya sudah meninggal. Di rumah tidak ada orang lagi. Dua kakaknya sudah berkeluarga. Sudah punya rumah masing-masing.
Kedua kakaknya itu juga sudah bekerja: di Pulau Gili Trawangan. Di daerah wisata terkenal itu. Di seberang pantai Senggigi.
Dari hasil kerjanya itu kedua kakak Zohri punya kehidupan lebih baik. Bisa membangun rumah masing-masing. Persis di sebelah rumah orang tua mereka.
Tinggal Zohri yang mewarisi rumah itu: sebuah rumah yang dindingnya anyaman bambu. Bolong-bolong. Nyaris reot. Di rumah itulah Zohri lahir, tumbuh dan menjadi remaja.
Danrem Lombok sudah meninjau rumah itu. Sudah akan merehabnya. Dan, kalau Zohri setuju, boleh masuk TNI. Tanpa tes. Serta tetap bisa terus jadi atlet lari.
Suharli, wartawan olahraga Lombok Pos yang saya minta mewawancarai beberapa pihak di NTB sudah dua kali ke rumah Zohri. Arahnya: kita ke Senggigi dulu. Terus ke utara. Sekitar 40 menit. Dengan sepeda motor. Ketemulah desa Pemenang.